SEKS BEBAS
DALAM PANDANGAN GEREJA KATOLIK
OLEH;
HELENTRIS R. NEGARA
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Dunia
yang terus berkembang telah memberikan begitu banyak pengaruh dalam setiap sisi
kehidupan manusia. Perkembangan dunia
yang semakin canggih telah membuat kehidupan manusia menganut budaya
sekuler. Kebudayaan sekuler seperti ini sangat nampak dalam kehidupan
mansia yang sangat bebas. Akulturasi antara budaya barat sebagai sebuah dampak dari
globalisasi telah menghilangkan budaya
asli dari Indonesia itu sendiri. Salah satu tindakan penyimpangan yang marak
terjadi dalam kehidupan kaum remaja, khususnya remaja katolik yaitu seks bebas
dan pergaulan bebas.
Realita
ini merupakan sebuah fakta sosial yang masih aktual dan sangat riskan dengan
pola kehidupan remaja. Gereja sebagai salah satu media pendidikan rohani terus
menyoroti masalah ini sebagai sebuah bentuk tindakan yang salah. Pergaulan bebas yang mengarah pada seks bebas
yang semakin hari semakin meningkat di kalangan remaja mengindikasikan lemahnya
kontrol sosial terhadap pola kehidupan remaja.
Sebagai sebuah lembaga sosial yang memegang peranan penting dalam
kehidupan sosial masyarakat, Gereja tentunya tidak mau lepas tangan terhadap
kondisi remaja seperti itu. Gereja
melihat ini sebagai sebuah penyelewengan terhadap ciptaan-Nya dan penyelewengan
terhadap harga diri manusia. Gereja yang selalu memberikan peneguhan berupa
ajaran moral dan rohani tentunya memegang peranan penting bagi terbentuknya
moral remaja yang kian ambruk. Realita
seks bebas dengan kehidupan remaja memang tdak bias dilepaspisahkan. Hal ini
muncul sebagai dampak dari pola kehodupan remaja yang selalu ingin tahu dan mau
mencoba. Bisa dilihat bahwa realita
kehidupa remaja yang demikian ambruk merupakan indicator lemahnya pendidikan
moral dan rohani remaja itu sendiri.
Terlepas
dari semua fakta tersebut, keberadaan remaja dalam bingkai kehdupan Gereja
katolik harus bias dilihat sebagai suat kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.
Dalam arti bahwa, Gereja harus mampu memberdayakan remaja sebagai bagian yang
integral dalam pola pewartaan ajaran Gereja. Oleh karena itu, penulis mencoba
mengangkat tema ‘SEKS BEBAS DALAM PANDANGAN GEREJA KATOLIK” sebagai sebuah bentuk
kepedulian terhadap realita sosial remaja katolik masa kini.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1. Hal
yang melatar belakangi tindakan seks bebas dala kalangan remaja katolik masa
kini
2. Pandangan
gereja katolik dan solusi terhadap realita seks bebas yang terjadi di kalangan
remaja katolik.
1.3
METODE
PENULISAN
Dalam
penulisan makalah ini, penulisan makalah
ini menggunakan metode kepustakaan yang berkaitan dengan narkoba serta
menggunakan pikiran sendiri.
1.4
SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam pemaparan makalah ini,
penulis meyusun tiga bagian pokok yaitu:
1. Bab
I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang permasalahan mengenai
seks bebas dan perumusan masalah yang akan menjadi acuan dalam pemaparan
makalah.
2. Bab
II yang berisi permasalahan utama, yakni latar belakang munculnya perilaku seks
bebas, panadangan Gereja terhadap fakta seks bebas kemudian pandangan penulis sendiri terhadap
perilaku seks bebass.
3. Bab
III yang berisi kesimpulan dari apa yang telah menjadi bahan permasalahan dalam
pembahasa sebelumnya serta saran kepada pihak-pihak terkait.
BABB II
SEKS
BEBAS DAN PANDANGAN GEREJA KATOLIK
2.1
LATAR
BELAKANG TIMBULNYA SEKS BEBAS
Munculnya seks bebas yang diawali dengan pergaulan
bebas dalam kalangan remaja katolik secara khusus timbul atas dasar berbagai
kepentingan dan latar belakang. Satu hal yang pasti adalah apapun alasan dan
dasar dari timbulnya tindakan seks bebas pasti salah di mata agama. Berikut
merupakan latar belakang timbulnya seks bebas dalam kehidupan remaja katolik
pada umumnya;
2.1.1
Minimnya
Kontrol dari Keluarga
Keluarga merupakn media
pendidikan primer bagi terbentuknya remaja yang bermoral. Dalam keluarga,
seorang remaja digembleng atas dasar norma-norma kehidupan dasar keluarga sebagai sebuah media sosial utama.
Munculnya perilaku seks bebas bias dilihat sebagai lemahnya kontrol dari
keluarga sebagai sebuah media pendidikan primer. Lemahnya pengawasan terhadap
remaja mengakibatkan remaj merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang
diinginkanya. Remaja merasa bahwa semua bentuk tingkah lakunya tidak dibatasi, dan semua tingkah lakunya selalu
berada di luar pengawasan orang tua.
2.1.2
Lemahnya
Pendidikan Moral dan Rohani
Sebagai sebuah masa yang penuh warna dan rasa ingin
tahu yang tinggi, remaja tidak hanya memerlukan pendidikan forma. Namun lebih
dari itu, pendidikan moral dan rohani merupakan dua hal yang tidak bisa
dipandang sebelah mata. Pendidikan moral dan rohani memungkinkan remaja untuk lebih
mengetahui arti dai sebuah kehidupan dan nilai kehidupan itu sendiri. Seks
bebas muncul sebagai akibat dari lemahnya atau minimnya pendidikan moral dan
rohani remaja. Hal tersebut mengakibatkan penghargaan remaja terhadap harga
diri mulai menurun. Dampak lanjut dari
hal tersebut adalah meningkatnya perlaku seks bebas yang tidak bisa dibendung
dengan lemahnya pendidikan moral dan rohani yang diterima kaum remaja.
2.1.3
Rasa
Ingin Tahu yang Kuat
Terlepas dari semua hal yang telah dipaparkan
di atas, satu hal yang paling berpengaruh terhadap munculnya perilaku seks
bebas adalah rasa ingin tahu yang begitu kuat.
Rasa ingin tahu akan hal-hal baru pula yang membuat begiru banyak remaja
katolik yang terjerumus ke dalam jurang dosa. Rasa ingin tahu akan seks bebas
membuat remaja selalu melakukn tindakan ‘mencoba’ mencicipi pergaulan bebas dan
seks bebas. Dari hal sederhana tersebut kemudian berkembang menjadi ketagihan
dan terus-menerus bergelut dalam perilaku seks bebas yang secara tidak disadari
oleh remaja itu sendiri sudah membawanya masuk ke dalam jurang kehancuran.
2.1.4 Lingkungan Sosial yang Kurang Kondusif
Kehidupan sosial
masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan remaja, secara
khusus remaja katolik. Munculnya perilak seks bebas sangat mungkin dipengaruhi
oleh lingkungan sosial yang memberrkan tawaran dan peluang yang terbuka bagi
remaja untuk bias terjermus ke dalam perilaku amoral tersebut. Lingkungan sosial yang sangat mendukung dan
membri peluang bagi tumbuhnya perilaku seks bebas menyebabkan remaja sangat
rentan terhadap kehidupan remaj yang bebas, sehingga berujung pada perilaku
seks bebas. Oleh karena itu, bisa
dipahami bahwa kehidupan sosial masyarakat yang krang kondusif sangat mempengaruhi pola perkembangan remaja
yang prematur.
2.2
PANDANGAN GEREJA KATOLIK TEHADAP
SEKS BEBAS
Seks
bebas bukan saja dilihat sebagai sebuah perilaku yang menyimpang, namun secara
religious seks bebas dilihat sebagai sebuah pelecehan terhadap nilai dan arti
dari sebuah kehidupan. Oleh karena itu, Gereja katolik tentunya melihat harga
diri sebagai sebuah nilai yang luhur, dan karenanya Gereja melihat seks bebas
sebagai sebuah bentuk dosa. Ada 3 pandangan penting Gereja terhadap perilaku seks bebas yang terjadi di
kalangan remaja masa kini;
2.2.1 Merusak Citra Allah
Pandangan
Gereja katolik terhadap perilaku seks bebas yang paling pertama adalah
pengrusakan citra Allah. Dalam kitab Kejadian, telah dijelaskan pada kisah
penciptaan bahwa Allah menciptalan manusia menurut gambar dan rupa.Nya. Itu
berarti bahwa betapa mulia pribadi dan diri kita sebagai citra Allah. Berkaitan dengan perilaku seks
bebas, remaja dengan bagitu saja menjual harga dirinya ataupun merelakan harga
dirinya hanya demi kenikmatan duniawi semata.
Perlilaku seks bebas merupaka sebuah bentuk pengrusakan citra Allah yang
utuh dan mulia. Allah telah membentuk manusia menurut citra-Nya dan citra Allah
tersebut tidak bias ‘diobral’ sedemikian rupa demi kepentingan manusiawi. Lebih
dari itu, seks bebas dilihat sebagai sebuah tindakan penghancuran jati diri
Allah yang digambarkan dalam setiap pribadi masing-masing remaja. Pribadi Allah
yang dicerminkan dalam pribadi masing-masing remaja harus dilihat sebagai
sebuah bentuk anugerah. Namun ketika remaja menggunakan tubuhnya sendiri untuk
mencari kenikmatan duniawi semata, maka secara otomatis hal tersebut dilihat
sebagai bentuk tindakan yang menghancurkan citra Allah sendiri. Meskipun perilalu seks bebas dalam kaca mat
Gereja katolik sebagai sebuah pengrusakan citra Allah, sungguh ironis memang bahwa
semakin hari semakin banyak remaja yang digiring masuk ke dalam perlaku seks
bebas. Bisa dilihat bahwa peranan Gereja secara nyata terhadap masalah seks
bebas belum mampu merangkul banyak remaja ke dalam rangkulan kasih Krstus.
2.2.2 Tidak Menghargai Nilai Pengorbanan Kristus
Dasar
pemikiran dari poin ini adalah kutipan dalam teks perjanjian baru yag mengatakan
bahwa tubuhmu adalah bait Allah. Jelas
perikop tersebut menekankan akan tingginya nilai tubuh manusia. Tubuh manusia
itu bernilai luhur dan agung di mata Tuhan.
Nilai tubuh manusia dilihat sangat berharga karena selain manusia sebagai citra Allah, Yesus pun
telah mengorbankan tubuhnya untuk disiksa dan didera demi penyilihan dosa-dosa
manusia. Di sini sangatlah jelas bahwa apapun tindakan yang berkaitan dengan pengrusakan
harga diri atau tubuh manusia, itu dilihat sebagai sebuah tindakan yang tidak
menghargai dan menghormati pengorbanan Kristus. Bahwa tubuh manusia bukan untuk
dijadikan sebagai alat pemuas kebutuhan duniawi belaka. Namun lebih dari itu,
tubuh manusia dilihat sebagai sebuah bait Allah . sebagai sebuah bait Allah,
nilai tubuh manusia sangatlah luhur dan mulia. Perikop di atas sudah lebih dari cukp untuk
meggambarkan betapa agungnya nilai tubuh mausia. Ketika seorang remaja terlibat
dalam perilaku seks bebas, maka secara tidak langsung menghilangkan nilai pengorbanan
Kristus di salib. Nilai pengorbanan Kristus seakan tidak berharga tatkala tubuh
manusia ‘diobral’ sedemikian rupa untuk kepentingan sesaat.
2.2.3 Penodaan Keluhuran dan Kesucian Allah
Poin
ini berkaitan dengan tinjauan umum tentang seksualitas. Bahwa kodrat manusia
dibedakan atas pria dan wanita. Seks
dalam pandangan Gereja Katolik dilihat sebagai pemberian Allah sendiri yang
Cuma-Cuma. Seks bebas dilihat sebagai ‘penodaan’ terhadap pemberian Allah
tersebut. Lebih dari itu, perlaku seks bebas dipandang sebagai ;penodaan’
terhadap keluhuran dan kesucian Sang Pemberi anugerah tersebut. Dalam kaca mata
Gereja katolik, seks sebagai identitas manusia sekaligus sebagai sarana
kebahagiaan manusia. Selain itu, seks sebagaia
kelanjutan tugas manusia (prokreasi). Oleh karena itu, seks merupakan anugerah
yang sangat suci dan mulia. Bertolak dari hal-hal tersebut, bisa dilihat bahwa
seks bebas merupakan pengotoran kesucian Sang Pencipta yang telah memberikan
semuanya kepada manusia untuk dihargai. Jadi, seks bebas tetap dilihat sebagai sebuah
upaya penodaan anugerah Allah.
2.3 TINJAUAN PENULIS TENTANG SEKS BEBAS
Sebagai
seorang remaja katolik dan juga sebagai citra Allah, kami tetap melihat seks
bebas sebagai sebuah penghancuran kodrat manusia. Dasar pemikiran kami adalah
nilai tubuh dan harga diri manusia. Perilaku seks bebas sebetulnya merupakan
sebuah bentuk penghancuran harga diri, harkat dan martabat manusia. Bahwa
manusia, khususnya remaja merupakan ciptaan Allah yang paling sempurna. Karena
merupakan ciptaan Allah yang paling sempurna, maka betapa luhur dan mulia nilai
dan harga diri manusia itu sendiri. Harga diri seorang remaja bisa ditakar
dengan bagaimana remaja itu sendiri memelihara dirinya dan menjaga keutuhan tubuhnya.
Namun ketika seorang remaja terjerumus ke dalam perilaku seks bebas, maka
secara tidak langsung itu merendahkan harga dirinya sendiri. Seks bebas
mengakibatkan harga diri diinjak-injak sedemikian rupa, baik oleh orang lain
maupun oleh diri sendiri.
Perikop
kitab suci perjanjian baru yang mengatakan bahwa tubuhmu adalah bait Allah merupakan dasar biblis mengapa seks bebas
dilihat sebagai sebuah bentuk dosa dalam Gereja Katolik. Jika tubuh manusia
merupakan bait Allah, maka betapa luhur dan agung nilai dari tubuh manusia. Apa
bila seks bebas tengah menjadi gaya hidup remaja masa kini, maka bisa
dibayangkan betapa rendahnya nilai dan harga diri ciptaan Allah yang merupakan
gambar dan rupanya. Oleh karena itu, Gereja sebagai sebuah media utama pemberi
nilai moral dan kerohanian harus mampu masuk lebih jauh ke dalam sendi-sendi
kehidupan remaja katolik yang sedang ambruk dilanda pengaruh seks bebas. Buknkah remaja merupakan masa depan Gereja ?
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Sebagai
masa depan Gereja, remaja merupakan bagian dari anggota Gereja yang perlu dibina dan dijaga keberadaanya. Seks
bebas memang sulit untuk dilepaspisahkan dengan kehidupan remaja masa kini.
Pola kehidupan yang dari waktu ke waktu selalu berubah seturut perkembangan
zaman menggiring kau muda ke dalam
bentuk pola pergaulan yang lebih bebas. Seks bebas merupakan salah satu potret buram kehidupan remaja yang
lemah dalam pendidikan moral dan kerohanian.
Salah satu agen yang mampu memberikan bekal dan pendidikan dalam hal
moral dan kerohanian adalah Gereja. Apapun dasar dan latar belakang munculnya
perilaku seks bebas, Gereja tetap melihat hal tersebut sebagai sebuah bentuk
penodaan terhadap kesucian dana angerah Allah. Oleh karena itu, Gereja harus mampu
menggandeng pihak lain untuk menyelamatkan remaja dari perilaku seks bebas.
3.2
SARAN
Dengan melihat realita
di kalangan remaja yang kian memprihatinkan, maka sangat dibutuhkan
keterlibatan dan pemberdayaan yang lebih konkret dari pihak Gereja. Remaja merupakan masa depan Gereja. Di pundak
remaja, masa depan Gereja dipertaruhkan. Untuk menyelamatkan Gereja dalam rangka
melanjutkan karya pewartaan Kristus, maka Gereja harus mampu mengangkat remaja
dari lemah keterpurukan dan menyelatkan remaja katolik dari perilaku seks
bebas.
Artikel yang bagus.... semoga terus berkembang... Saya ingin berbagi artikel tentang Katedral di Florence di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/04/florence-di-piazza-del-duomo_11.html
BalasHapusLihatlah juga videonya di Youtube https://youtu.be/OVEs_zYK_FQ